Sabtu, 25 April 2015

♥ Hello My First Love ♥




“Crazy Little Thing Called : Love”
            Setiap kali aku menonton film itu, aku teringat kembali pada saat dimana aku baru merasakan yang namanya jatuh cinta. Antara bahagia, gugup, gemetar, konyol semuanya rasa itu bercampur aduk menjadi satu, dan berhasil mengalirkan perasaan hangat di hati juga membuat detak jantungku berpacu lebih cepat. Hal sederhana pun bisa terasa istimewa kala debaran jantung semakin kencang meskipun hanya berpapasan dengannya. Tanpa saling tatap, tanpa sapa dan tanpa sentuhan. Bahkan dunia terasa sudah menjadi begitu indah. Tak jarang telapak tangan tiba-tiba menjadi dingin saat akan berbicara dengannya. Hanya dengan interaksi sederhana, mampu memberiku efek yang luar biasa.
            Teringat kembali saat pertama saling menyapa, pandangan tak bisa terfokus pada satu objek. Melainkan beralih kemana-mana, dari objek yang satu ke objek yang lain (bilang ajah salah tingkah). Seiring dengan kencangnya debaran jantung, tak sedikit pun aku berani menatap matanya. Entah karena terlalu bahagia, atau mungkin terlalu takut moment itu berlalu.
            Sebenarnya saat itu kupikir masih terlalu dini bagi gadis seusiaku untuk mengerti yang namanya cinta. Tapi siapa yang bisa menduga, cupid itu justru menancap tepat sasaran pada hati seorang bocah perempuan kelas 1 SMP yang bahkan belum genap berusia 12 tahun. Indah… itulah hari-hari yang kurasakan di tahun pertamaku duduk di bangku SMP. Jatuh cinta pada seorang bocah lelaki yang kala itu 1 tingkat di atasku. Lelaki yang menurutku paling imut diantara teman-teman sekelasnya. Dia jago bahasa Inggris, sering kali dia menuliskan kalimat dengan bahasa Inggris ketika mengirimiku surat. Sebuah surat yang tidak bisa dibilang romantis, tapi cukup kuat untuk membuat perasaanku bergetar.
            Setiap kali aku melihatnya lewat dikoridor kelas, rasanya ingin sekali aku berlari menyongsong langkahnya, untuk sekadar menyapa dan mengatakan betapa aku merindukan senyumnya. Ingin sekali aku mengatakan, “Tahukah kamu bahwa aku jatuh cinta?”. Tapi semua itu hanya tersimpan dalam pikiran, tanpa berani untuk mengatakan. (Yaaaaaa.. namanya juga masih mental bocah ^o^).
            Pernah merasakan senangnya saat dia mengikutiku kemana-mana secara diam-diam. Meski sebenarnya aku menyadarinya, namun aku berpura-pura tak mengetahuinya. Sekarang aku seringkali menertawakan tingkah konyolku dulu. Masih terbayang wajah manisnya kala tersenyum, dia lelaki pertamaku yang mengatakan bahwa dia menyukaiku. Lelaki pertama yang mencintaiku dan lelaki pertama yang hatinya kukecewakan. Namun meskipun demikian, hingga kini  tak pernah aku merasa ada permusuhan diantara kami. Seberapa lama pun putus komunikasi.
            Kelas 3 SMA adalah saat dimana aku benar-benar ingin fokus pada sekolahku, karena di kelas 3 SMA adalah waktu tersingkat yang kulalui pada babak akhir wajib belajarku. Tapi siapa yang akan menyangka justru aku kembali merasakan debaran lembut nan indah mendekati moment ujian nasional. Ya… aku kembali jatuh cinta saat itu, pada seorang lelaki pemilik senyuman termanis diantara saudara-saudara lelakiku yang tengah berkumpul dalam sebuah acara keluarga.
            Tak pernah terlintas dibenakku jika pertemuan dihari itu adalah awal sebuah hubungan yang hingga hari ini pun masih tetap misterius bagiku. Dia seseorang yang tidak suka cari perhatian, bahkan terkesan menghindarkan diri dari kesibukan diacara hari itu. Namun dia suskses mencuri perhatianku. Dengan tingkahnya yang terkesan cuek, aku menangkap senyum tipis yang kuyakini bahwa senyum itu untukku.
            Lepas acara keluarga itu, akhirnya waktu memberi kami kesempatan untuk saling bertukar kata, bertukar cerita dan pengalaman hidup hingga akhirnya bertukar nomor kontak pribadi. Dari sanalah kemudian kisah kami dimulai. Mulai dari saling memberi perhatian, meskipun intensitas pertemuan sangat jarang. Berhubung beda sekolah, setiap hari aku hanya berharap dapat melihat wajahnya saat berpapasan dijalan raya. Sebuah hubungan yang unik menurutku, dimana hati rasanya begitu terikat erat satu sama lain, tanpa pernah mendapatkan pengakuan cinta dan bahkan tanpa pernah jalan berdua.
            Yang pasti manisnya cinta kali ini tak kalah indah dengan cinta yang kurasakan ditahun pertamaku duduk dibangku SMP dulu. Aku mencoba berbagai cara agar hubungan antara aku dan dia tetap berjalan dengan baik. Akhirnya titik cerah itupun terlihat, manakala organisasi ekskul yang kuikuti disekolahku kemudian mencoba mensosialisasikan organisasi kami disekolahnya. Bahkan yang membuatku lebih bahagia lagi, dia ternyata sudah pula mendaftar sebagai anggota ekskul tersebut disekolahnya. Akhirnya aku tak perlu lagi mencari-cari alasan untuk bisa tetap terhubung dengannya. Setidaknya seminggu sekali kami bisa bicara tatap muka secara langsung, meskipun kadang hanya sekedar untuk menanyakan kabar masing-masing. Selebihnya komunikasi hanya kami lakukan lewat ponsel saja.
            Disini, hari ini… aku masih bisa merasakan, hangatnya cinta itu. Dulu aku pernah berkeyakinan cinta pertama itu cinta yang tak akan pernah terlupakan. Sekalipun perasaan itu telah memudar. Sudah sejak bertahun-tahun yang lalu, selepas kelulusan SMA, tak pernah sekalipun aku merasakan cinta semanis itu. Dia yang pertama, dan dia seseorang yang kukenal saat kelas 3 SMA adalah lelaki pertama yang membuatku mengerti, jika meskipun itu adalah rasa yang tak terucapkan dengan kata-kata tapi membuatku mengerti arti berjuang meskipun hanya untuk melihatnya tersenyum, juga pernah membuatku merasakan cinta yang sama. 2 orang yang berbeda, namun cinta mereka benar-benar membuat hatiku selalu hangat.
Dia cinta pertama di kelas 1 SMP, kujatuh cinta saat Ayah & Bunda tak bersamaku karena merantau kekota orang. Dia yang membuatku jatuh cinta saat di kelas 3 SMA, saat aku kembali berada jauh dari Ayah & Bunda demi menempuh pendidikanku. Keduanya sama-sama indah. Keduanya sama-sama membuat debaran jantungku benar-benar bekerja lebih cepat, keduanya yang kini tak lagi kuketahui keberadaannya. Kalian berdua yang pada akhirnya kuanggap sebagai orang-orang hebat, yang mampu membuatku merasakan manisnya cinta di masa remaja.
Yang pada akhirnya, pada kalian berdua ingin ku ucapkan terima kasih atas cinta yang pernah kalian berikan untukku. Meski mungkin pesan ini hanya dapat kukirimkan lewat hembusan angin yang entah akan bisa sampai atau tidak. Semoga kalian diberi kelapangan dan kemudahan hidup. Dan terakhir, untuk kalian berdua, terima kasih telah pernah hadir dalam hari-hariku, dalam hatiku dan dalam kisahku. Dan terima kasih telah membuatku jatuh cinta.
                    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar